robertinus filustra
siregar
|
KIMIA
|
Minyak Bumi
|
X-3
|
SMA NEGRI 4
Pematangsiantar
|
MINYAK BUMI
1.
Pengertian
Minyak Bumi
Minyak
bumi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut Petroleum,
menurut bahasa Latin terdiri dari dua penggalan kata yaitu Petrus yang artinya karang dan Oleum yang artinya minyak. Oleh karena itu kimia minyak bumi (petroleum) merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kelanjutan dari tumbuhan setelah dipendam atau dikubur
selama jutaan tahun. Senyawa yang terkandung dalam petroleum mempunyai
variasi yang besar dari senyawa dengan kerapatan rendah (gas) sampai senyawa
dengan kerapatan tinggi (padatan).
2. Asal-Usul
Minyak Bumi
Minyak bumi atau petroleum dijuluki
juga sebagai emas hitam,
yaitu cairan yang kental, coklat gelap,
atau kehijauan yang mudah terbakar, dan berada di lapisan atas dari
beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks
dari berbagai hidrokarbon, dimana sebagian besar terdiri dari seri alkana
tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
Asal minyak
bumi adalah mahluk hidup (tumbuhan, hewan) yang terkubur selama jutaan tahun
dengan melalui proses penguburan, proses diagenesis kemudian proses lebih
lanjut pada masa katagenesis dan tidak dapat dimanfaatkan lagi pada masa metagenesis.
Tahapan penguburan bahan alam
mengalami tiga masa perubahan kimiawi yaitu:
a. Diagenesis
Masa ini merupakan zona tak matang
dan terjadi perengkahan tak mencolok (10%), yang dibagi dalam tiga bagian yaitu
:
1) Diagenesis dini, yaitu peralihan dari senyawa yang stabil saat di permukaan bumi,
menjadi senyawa yang stabil pada kedalaman ribuan meter dengan suhu sekitar
40-42oC. Pada masa ini terjadi pembentukan kerogen (fase dari
petroleum yang tidak dapat larut dalam pelarut organik dan anorganik).
2) Diagenesis pertengahan, terjadi proses aromatisasi (senyawa rantai panjang membentuk
senyawa aromatik, lingkar dan mempunyai ikatan rangkap dengan elektron
terdelokalisasi).
3) Diagenesis akhir, adalah proses yang terjadi
pengkhelatan logam oleh senyawa organik yang terbentuk pada masa sebelumnya.
Pembentukan minyak bumi terjadi pada diagenesis akhir dan dapat
dikenal berdasar hasil eksplorasi.
b. Katagenesis
Katagenesis adalah zona minyak dan
gas basah. Pada masa ini terjadi perengkahan mencolok, dimana terjadi
perubahan senyawa kimia yang diakibatkan oleh suhu dan kedalaman pendaman
(penguburan) sehingga menyebabkan penguraian termal kerogen.
c. Metagenesis
Pada tahap ini terjadi masa
perusakan termal dari karakter senyawa (cairan) menjadi residu (padatan),
sehingga mengakibatkan senyawa organik menjadi senyawa yang kekurangan
hidrogen, dan material tak bernilai atau menjadi material bernilai dari senyawa
karbon (grafit, intan).
Adapun proses pengendapan bahan organik dalam proses
pembentukan minyak bumi ditunjukkan pada gambar 1. Berikut:

Gambar 1: Diagram Pembentukan
Minyak Bumi
KOMPONEN MINYAK BUMI
Minyak
bumi atau “crude oil” adalah senyawaan hidrokarbon dan non-hidrokarbon yang terdapat
di dalam bumi. Minyak bumi berwarna coklat kehitaman sampai hitam, dalam bentuk
cair dan terdapat gas–gas yang melarut di dalamnya, dengan berat jenis berkisar
antara 0,8000 – 1,0000.
Unsur kimia penyusun minyak bumi adalah :
– unsur mayor adalah
karbon dan hidrogen (disebut unsur hidrokarbon), dan
– unsur minor adalah
sulfur, nitrogen, oksigen, halogen dan logam (disebut unsur non-hidrokarbon)
Besarnya kandungan (konsentrasi) unsur tersebut dalam
berbagai macam minyak bumi, seperti ditunjukkan pada Tabel dibawah ini :
Sifat minyak bumi antara satu dengan ainnya berbeda–beda,
dari yang ringan (encer) sampai pada yang berat (kental). Hal ini sangat
bergantung pada jenis dan besarnya kandungan komponen (unsur) di dalam minyak
bumi.
Tabel : Kisaran kandungan unsur – unsur dalam Minyak
Bumi
Unsur
|
Konsentrasi (% wt)
|
|
Karbon
(C)
|
83
- 87
|
|
Hidorgen
(H)
|
10
- 14
|
|
Sulfur
(S)
|
0.05
- 6,0
|
|
Oksigen
(O)
|
0.05
- 1,5
|
|
Nitrogen
(N)
|
0,1
- 2,0
|
|
Logam
|
10-5 - 10-2
|
Diharapkan
bahwa minyak bumi mengandung unsur non-hidrokarbon dalam jumlah sekecil
mungkin. Makin kecil kandungannya mempunyai nilai ekonomi makin tinggi, karena
dengan kandungan yang kecil tidak memerlukan biaya yang tinggi dalam proses
pengolahannya ataupun dalam pemenuhan spesifikasi produk yang dihasilkan.
Komponen Minyak bumi terdiri dari :
–
Komponen Hidrokarbon (HC, hydrocarbon)
–
Komponen non-Hidrokarbon
Komponen Hidrokarbon
Minyak bumi merupakan campuran dari
beratus–ratus senyawaan hidrokarbon, yang dikelompokan atas hidrokarbon parafin,
naften dan aromat.
Jumlah
atom karbon dalam minyak bumi mulai dari metana (satu atom karbon dalam
molekulnya) sampai 60 atau lebih, dengan berat molekul 16 sampai 850 atau
lebih.
1.
Hidrokarbon
parafin, mulai dari metana yaitu senyawaan
hidrokarbon yang paling kecil dengan 1 atom karbon sampai senyawaan hidrokarbon
besar dengan 42 atom karbon (berat molekul 590) atau lebih. Hidrokarbon parafin
terdiri dari normal parafin dan isoparafin
2.
Hidrokarbon
naften, mulai dari mono naften sampai poli
naften
3.
Hidrokarbon
aromat, mulai dari mono inti benzena
sampai poli inti benzena.
Hidrokarbon Parafin adalah hidrokarbon jenuh dengan ikatan C – C dan C
– H dengan struktur rantai atom C terbuka. HC parafin mempunyai
titik didih paling rendah diantara hidrokarbon naften dan aromatik. Oleh karena
itu banyak terdapat pada fraksi ringan.
Sifat
– sifat :
–
nilai kalor tinggi (btu/lb),
–
SG rendah,
–
API gravity tinggi
–
tahan terhadap oksidasi,
–
mudah untuk dipecah (cracking) dalam proses perengkahan panas ( thermal
cracking ) maupun proses perengkahan katalis (catalytic cracking) artinya
proses cracking itu berjalan pada suhu yang relative rendah dibanding dengan
senyawaan hidrokarbon naften dan aromat.
Rumus CnH2n+2
Hidrokarbon parafin, baik normal
parafin maupun parafin cabang (iso parafin) rumusnya adalah CnH2n+2 .
Hidrokarbon Naften, terdiri dari mononaften dan polinaften.
Hidrokarbon naften adalah
hidrokarbon jenuh dengan ikatan C – C dan C – H dengan
struktur rantai atom C tertutup. Struktur molekulnya terdiri mononaften dan polinaften.
Sifat
– sifat :
Hidrokarbon
naften mempunyai sifat– sifat diantara hidrokarbon parafin dan hidrokarbon
aromat. Hidrokarbon naften disebut pula sikloparafin atau siklo alkana.
Dibandingkan dengan hidrokarbon parafin, hidrokarbon ini lebih stabil karena
mempunyai rantai atom C tertutup sedang hidrokarbon parafin rantai atom C nya
terbuka.
Rumus : CnH2n + 2 – 2RN
Hidrokarbon naften, rumusnya adalah CnH2n
+ 2 – 2RN , dimana RN adalah cincin naften dalam molekul.
Contoh
pada gambar di bawah ini :

Hidrokarbon Aromatik, terdiri dari monoaromat dan poliaromat
Hidrokarbon aromatik adalah
hidrokarbon jenuh dengan ikatan C – C, C = C dan C – H.
Dikatakan hidrokarbon jenuh karena senyawa aromatik :
–
tidak dapat bereaksi dengan larutan brom, dan atau
–
tidak dapat bereaksi dengan larutan KMnO4 alkalis.
Hidrokarbon
aromat ini mempunyai struktur rantai atom C tertutup berikatan rangkap dua dan
tunggal yang saling bergantian (selang–seling–selang atau seling–selang–seling)
diantara kedua atom C yang berdekatan.
Sifat
– sifat :
–
Dibandingkan dengan hidrokarbon parafin dan hidrokarbon naften, bahwa
hidrokarbon aromat kurang stabil dan dapat bereaksi terutama dengan gas H2
menghasilkan naften.
–
Mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan dengan hidrokarbon parafin dan
naften. Oleh karena itu banyak terdapat pada fraksi berat.
–
Nilai kalor rendah (btu/lb),
–
SG tinggi
–
API gravity rendah dan namun tahan terhadap oksidasi.
–
Memerlukan panas tinggi untuk proses thermal cracking ataupun catalytic
cracking, menghasilkan naften dan parafin.dengan jumlah atom lebih kecil.
Rumus CnH2n +2 – 6RA – 2RAS
Hidrokarbon aromat rumusnya adalah CnH2n
+2 – 6RA – 2RAS , dimana RA = jumlah cincin aromatik dan RAS = jumlah
cincin aromatik substansial. Sedang hidrokarbon campuran naften aromatik
mempunyai rumus CnH2n +2RN – 6RA – 2RAS.
Contoh
pada gambar dibawah ini :

Benzene -- Monoaromat

Napthalene -- Poliaromat
Atas dasar pembagian senyawaan
hidrokarbon tersebut atas parafin, naften dan aromatik,
dan campuran naften–aromatik, dapat digunakan untuk menentukan
klasifikasi minyak bumi, yaitu minyak bumi parafinik, naftenik,
aromatik dan campuran. Sedang senyawaan hidrokarbon
olefin tidak terdapat dalam minyak bumi, hal ini disebabkan oleh proses
penjenuhan olefin dalam minyak bumi itu sendiri oleh gas H2 yang melarut di
dalamnya.
2.2 Komponen non-Hidrokarbon
Komponen
nonhidrokarbon adalah senyawaan yang di dalam molekulnya disamping unsur karbon
dan hidrogen terdapat unsur sulfur, oksigen, nitrogen, halogen atau logam. Senyawaan
yang demikian disebut senyawaan hidrokarbon heteroatom. Sebagai senyawa
organik, keberadaannya melarut dalam minyak bumi, sedang sebagai senyawa
anorganik tidak melarut dalam minyak bumi melainkan larut dalam air sebagai
emulsi.
Dampak
Negatif Pembakaran Minyak Bumi
Dampak Negatif Pembakaran / Penggunaan Minyak Bumi terhadap
Lingkungan, Tanah dan Perairan, Manusia, Hidrokarbon - Pernahkah Anda pergi
berwisata ke daerah pegunungan? Dapatkah Anda merasakan kesegaran alamnya?
Samakah dengan yang Anda rasakan sewaktu berada di daerah perkotaan, terutama
di jalan raya? Dapatkah di jalan raya Anda menghirup udara dengan nyaman dan
terasa segar? Di jalan raya sering kita merasakan udara yang panas ditambah
lagi dengan asap kendaraan bermotor yang terpaksa harus kita hisap. Tahukah
Anda bahwa asap kendaraan yang kita hisap itu sangat berbahaya bagi kesehatan
kita? Tahukah Anda bahwa udara panas di daerah perkotaan itu juga disebabkan
karena pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, di samping asap dari pabrik?
Berikut ini akan kita bahas bersama tentang Dampak Minyak Bumi khusunya mengenai gas-gas hasil pembakaran
minyak bumi yang sangat membahayakan kesehatan manusia.
Di balik manfaatnya untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih
baik dan mudah, minyak bumi ternyata menyimpan dampak yang merugikan
lingkungan. Dampak tersebut ditimbulkan oleh penggunaan minyak bumi sebagai
bahan bakar. Ada dua jenis pembakaran minyak bumi, yakni pembakaran sempurna
dan pembakaran tidak sempurna. Pada pembakaran sempurna, hidrokarbon akan
bereaksi dengan oksigen membentuk gas karbon dioksida dan air. Jika dalam bahan
bakar tersebut mengandung nitrogen, sulfur, atau besi, pembakaran sempurna akan
menghasilkan nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan besi(III) oksida. Adapun
pada pembakaran tidak sempurna, hidrokarbon yang bereaksi dengan oksigen
menghasilkan gas karbon dioksida, gas karbon monoksida, air, dan beberapa
senyawa lain seperti nitrogen oksida.
Gas-gas seperti karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen dioksida,
sulfur dioksida, dan besi(III) oksida mencemari lingkungan. Selain akibat
pembakaran sempurna ataupun tidak sempurna, pencemaran lingkungan akibat
penggunaan bahan bakar disebabkan juga oleh penambahan zat aditif (tetra ethyl
lead/TEL) pada bensin untuk meningkatkan bilangan oktan.
a. Penggunaan TEL pada bensin
TEL mengandung logam berat timbal (Pb) yang
terbakar dan akan keluar bersama asap kendaraan bermotor melalui knalpot. Hal
ini menyebabkan pencemaran udara. Senyawa timbal merupakan racun dengan ambang
batas kecil, artinya pada konsentrasi kecil pun dapat berakibat fatal. Gejala
yang diakibatkannya, antara lain: tidak aktifnya pertumbuhan beberapa enzim
dalam tubuh, berat badan anak-anak berkurang, perkembangan sistem syaraf
lambat, selera makan hilang, cepat lelah, dan iritasi saluran pernapasan.
b. Pembakaran tidak sempurna
hidrokarbon
Pembakaran tidak sempurna dengan reaksi sebagai berikut:
CxHy + O2(g) → C(s) + CO(g)
+ CO2(g) + H2O(g)
1. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa, dan tidak merangsang. Hal ini menyebabkan keberadaannya sulit
dideteksi. Padahal gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena pada kadar
rendah dapat menimbulkan sesak napas dan pucat. Pada kadar yang lebih tinggi
dapat menyebabkan pingsan dan pada kadar lebih dari 1.000 ppm dapat menimbulkan
kematian. Gas CO ini berbahaya karena dapat membentuk senyawa dengan hemoglobin
membentuk HbCO, dan ini merupakan racun bagi darah. Oleh karena yang diedarkan
ke seluruh tubuh termasuk ke otak bukannya HbO, tetapi justru HbCO.
Keberadaan HbCO ini disebabkan karena persenyawaan HbCO memang
lebih kuat ikatannya dibandingkan dengan HbO. Hal ini disebabkan karena
afinitas HbCO lebih kuat 250 kali dibandingkan dengan HbO. Akibatnya Hb sulit
melepas CO, sehingga tubuh bahkan otak akan mengalami kekurangan oksigen.
Kekurangan oksigen dalam darah inilah yang akan menyebabkan terjadinya sesak
napas, pingsan, atau bahkan kematian. Sumber keberadaan gas CO ini adalah
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar minyak bumi. Salah satunya
adalah pembakaran bensin, di mana pada pembakaran yang terjadi di mesin motor,
dapat menghasilkan pembakaran tidak sempurna dengan reaksi sebagai berikut.
2 C8H18(g) + 17 O2(g) → 16 CO(g)
+ 18 H2O(g)
Sumber lain yang menyebabkan terjadinya gas CO, selain pembakaran
tidak sempurna bensin adalah pembakaran tidak sempurna yang terjadi pada proses
industri, pembakaran sampah, pembakaran hutan, kapal terbang, dan lain-lain.
Namun demikian, penyebab utama banyaknya gas CO di udara adalah pembakaran
tidak sempurna dari bensin, yang mencapai 59%. Sekarang ini para ahli mencoba
mengembangkan alat yang berfungsi untuk mengurangi banyaknya gas CO, dengan
merancang alat yang disebut catalytic converter, yang berfungsi mengubah gas
pencemar udara seperti CO dan NO menjadi gas-gas yang tidak berbahaya, dengan
reaksi:
Katalis
(Ni)
|
||||
2
CO(g)
|
+
|
O2(g)
|
→
|
2
CO2(g)
|
Katalis
(Ni)
|
||||
2
NO2(g)
|
→
|
N2(g)
|
+
|
2
O2(g)
|
2. Karbondioksida (CO2)
Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai sifat
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Gas CO2 merupakan hasil pembakaran sempurna bahan bakar minyak bumi
maupun batu bara. Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan
semakin banyaknya jumlah pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2 di udara kita.
Keberadaan CO2 yang berlebihan di udara memang tidak berakibat
langsung pada manusia, sebagaimana gas CO. Akan tetapi berlebihnya
kandungan CO2 menyebabkan sinar inframerah dari matahari
diserap oleh bumi dan benda-benda di sekitarnya. Kelebihan sinar inframerah ini
tidak dapat kembali ke atmosfer karena terhalang oleh lapisan CO2 yang ada di atmosfer. Akibatnya suhu di bumi menjadi semakin
panas. Hal ini menyebabkan suhu di bumi, baik siang maupun malam hari tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti atau bahkan dapat dikatakan sama. Akibat
yang ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2 di
udara ini dikenal sebagai efek rumah kaca atau green house effect.
Untuk mengurangi jumlah CO2 di
udara maka perlu dilakukan upaya-upaya, yaitu dengan penghijauan, menanam
pohon, memperbanyak taman kota, serta pengelolaan hutan dengan baik.
c. Oksida Belerang (SO2 dan
SO3)
Gas belerang dioksida (SO2) mempunyai sifat tidak berwarna, tetapi berbau
sangat menyengat dan dapat menyesakkan napas meskipun dalam kadar rendah. Gas
ini dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran belerang yang terlarut dalam bahan
bakar miyak bumi serta dari pembakaran belerang yang terkandung dalam bijih
logam yang diproses pada industri pertambangan. Penyebab terbesar berlebihnya
kadar oksida belerang di udara adalah pada pembakaran batu bara.
Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya oksida belerang memang
tidak secara langsung dirasakan oleh manusia, akan tetapi menyebabkan
terjadinya hujan asam. Proses terjadinya hujan asam dapat dijelaskan dengan
reaksi berikut.
a. Pembentukan asam
sulfit di udara lembap
SO2(g) + H2O((l) ←→ H2SO3(aq)
b. Gas SO2 dapat
bereaksi dengan oksigen di udara
2 SO2(g) + O2(g)
←→ 2 SO3(g)
c. Gas SO3 mudah
larut dalam air, di udara lembap membentuk asam sulfat yang lebih berbahaya
daripada SO2 dan H2SO3
2 SO3(g) + H2O(l) ←→ H2SO4(aq)
Hujan yang banyak mengandung asam sulfat ini memiliki pH < 5,
sehingga menyebabkan sangat korosif terhadap logam dan berbahaya bagi
kesehatan. Di samping menyebabkan hujan asam, oksida belerang baik SO2 maupun SO3 yang terserap ke
dalam alat pernapasan masuk ke paru-paru juga akan membentuk asam sulfit dan
asam sulfat yang sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan, khususnya
paru-paru.
d. Oksida Nitrogen (NO
dan NO2)
Gas nitrogen monoksida memiliki sifat tidak berwarna, yang pada
konsentrasi tinggi juga dapat menimbulkan keracunan. Di samping itu, gas oksida
nitrogen juga dapat menjadi penyebab hujan asam. Keberadaan gas nitrogen
monoksida di udara disebabkan karena gas nitrogen ikut terbakar bersama dengan
oksigen, yang terjadi pada suhu tinggi.
Reaksinya adalah :
N2(g) + O2(g) → 2 NO(g)
Pada saat kontak dengan udara, maka gas NO akan membentuk
gas NO2 dengan reaksi sebagai berikut.
2 NO(g) + O2(g)
←→ 2 NO2(g)
Gas NO2 merupakan gas beracun, berwarna merah
cokelat, dan berbau seperti asam nitrat yang sangat menyengat dan merangsang.
Keberadaan gas NO2 lebih dari 1 ppm dapat menyebabkan
terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau penyebab terjadinya kanker. Jika
menghirup gas NO2 dalam kadar 20 ppm akan dapat menyebabkan
kematian.
Sebagai pencegahan maka di pabrik atau motor, bagian pembuangan
asap ditambahkan katalis logam nikel yang berfungsi sebagai konverter.Prinsip
kerjanya adalah mengubah gas buang yang mencemari menjadi gas yang tidak
berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Proses pengubahan tersebut
dapat dilihat pada reaksi berikut.
Katalis
(Ni)
|
||||
2
NO2(g)
|
→
|
N2(g)
|
+
|
2
O2(g)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar